PERMAINAN TECHDECK


techdeck( permainan skateboard menggunakan jari )

Jari pria itu terlihat lincah bergerak mengikuti gerakan papan yang meluncur mengitari arena skate. Papan kecil serupa skateboard itu terus bergerak. Melompat, berbalik ,meluncur dan sesekali berputar di udara, di dalam area park yang berdimensi sebesar meja billiard. Fingerboard, begitu nama permainan tersebut. Fingerboard adalah miniatur dari permainan skateboard, yang belakang ini sedang digandrungi oleh anak muda di Jogja. Adalah Laurentius Dwi Adrianto, salah seorang fingerboarding yang kini sedang getol mempelajari permainan miniatur tersebut. “Fingerboard itu permainan pelarian buat orang yang gak bisa main skateboard,” ujar pria yang kerap disapa Low ini. Low mengaku jika mengenal fingerboard sejak awal tahun 2000. “Aku pribadi sudah mainin ini dari awal 2000, tapi di Jogja keliatannya baru booming akhir 2009,” ujar pria plontos ini, ketika ditemui di Slackers, salah satu distro yang menyediakan park fingerboard untuk event-event tertentu. Low mengaku jika permainin ini dapat dimainkan dengan lincah layaknya permainan skateboard, hanya saja risiko terjadinya cedera lebih kecil jika dibandingkan dengan permainan skateboard. “Main skateboard itu menurut saya lebih susah,” ujarnya pria yang terdaftar dalam tiga komunitas fingerboard di Jogja ini. Layaknya skateboard Teknik permainan fingerboard pada umumnya sama seperti skateboard biasa. Umumnya, untuk mengendalikan papan skate pada skateboard digunakan dua kaki sebagai pengedali, sedangkan fingerboard cukup dengan menggunakan dua jari saja, yakni jari telunjuk dan jari tengah. Kedua jari inilah yang berfungsi menjalankan fingerboard layaknya seperti menjalankan skateboard. Dengan kecilnya dimensi fingerboard, praktisnya permainan ini dapat dimainkan dimana saja. “Asal ada meja, biasanya langsung saya mainin,” ujar Low yang mengaku sering bermain fingerboard di meja warung tempat biasanya dia nongkrong bersama teman komunitasnya. Untuk papan fingerboard, Low mengatakan jika beberapa papan ada yang dijual di Jogja, namun ada juga yang dibeli dari luar negeri. “Papan ada yang dijual lokal tapi biasanya gak produksi massal, cuma dari mulut ke mulut,” ujarnya. Untuk kualitas yang lebih baik, Low merekomendasikan papan buatan luar negeri. “Dari Jerman, bahannya kayu maple, kayu maple biasanya juga bahan untuk alat musik juga. Itu bagus,” ujarnya. Untuk harga, sebuah papan fingerboard buatan Jerman, lengkap dengan wheels atau rodanya seharga Rp1 juta. “Ada juga yang Rp600.000, tapi tanpa wheels dan truck, cuma papannya aja,” ujarnya. Truck yang dimaksud Low di sini adalah knop penghubung antara roda dengan papan skate itu sendiri. Tapi tentu saja yang kelas lokal dengan harga yang lebih terjangkau. Fingerboard dengan bahan local wood berkisar Rp100.000-Rp150.000, kemudian techdeck (plastik) seharga Rp75.000-Rp120.000. Ada sejumlah toko penyedia yang menjual dengan harga lebih murah atau lebih mahal, semua tergantung merek dan bahannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar